Sri Caitanya Mahaprabhu: Riwayat dan AjaranNya

A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada, Pengasas-Acharya

Sri Caitanya Mahaprabhu: Riwayat dan AjaranNya
Kata Pengantar
Tidak ada perbedaan antara ajaran Sri Caitanya tercantum dalam buku ini dan ajaran Sri Krishna dalam Bhagavad-gita. Ajaran Sri Caitanya Mahaprabhu merupakan pelaksanaan yang praktis tentang ajaran Sri Krishna. Ajaran Sri Krishna yang paling utama dalam Bhagavad-gita ialah bahwa sebaiknya orang menyerahkan diri kepada Sri Krishna. Krishna berjanji bahwa Beliau akan segera memelihara roh yang sudah menyerahkan diri seperti itu.
Daftar Isi
Kata Pengantar
Riwayat Sri Caitanya Mahaprabhu
Hakekat Ajaran Sri Caitanya
Kata Pengantar Ajaran Sri Caitanya
Identitas Sri Caitanya Mahaprabhu; Nityananda Prabhu dan Sri Advaita Acarya
Garis perguruan Sri Caitanya Mahaprabhu pada Zaman Modern
Riwayat Hidup Srila Prabhupad dan Garis perguruan Rohani
Tuhan Yang Mahakuasa, Kepribadian Tuhan Yang Mahaesa, sudah menguasai pemeliharaan ciptaan ini dengan penjelmaan Beliau yang berkuasa penuh, yaitu Kshirodakashayi Vishnu, tetapi pemeliharaan itu tidak dilakukan secara langsung. Akan tetapi, apabila Krishna menyatakan bahwa Beliau akan memelihara penyembahNya yang murni, Beliau sungguh-sungguh memelihara secara langsung. Seorang penyembah yang murni adalah roh yang senantiasa menyerahkan diri kepada Krishna, seperti halnya seorang anak menyerahkan diri kepada ayah dan ibunya atau seekor hewan menyerahkan diri kepada tuannya. Dalam proses penyerahan diri, hendaknya kita: (1) menerima hal-hal yang bermanfaat untuk melaksanakan bhakti, (2) menolak hal-hal yang tidak bermanfaat, (3) percaya dengan teguh bahwa Krishna akan melindungi diri kita, (4) merasa tergantung sepenuhnya pada karunia Krishna, (5) tidak mempunyai keinginan selain keinginan Krishna, dan (6) selalu merasa rendah hati dan tunduk.

Krishna menuntut agar kita menyerahkan diri kepada Beliau dengan mengikuti enam garis petunjuk tersebut, tetapi orang kurang cerdas yang hanya namanya saja sarjana-sarjana di dunia salah paham mengenai perintah-perintah tersebut sehingga mereka menyuruh rakyat umum untuk menolak enam perintah itu. Pada akhir bab ke sembilan dari Bhagavad-gita Sri Krishna bersabda secara langsung: "Jadikan pikiranmu selalu tekun berpikir tentangKu, bersujud dan bersembahyang kepadaKu. Dengan menjadi tekun berpikir tentangKu sepenuhnya, pasti engkau akan datang kepadaKu." (Bhagavad-gita 9.34) Akan tetapi, orang jahat yang menjadi sarjana menyesatkan rakyat umum dengan mengarahkan mereka menuju kebenaran yang tidak berbentuk pribadi, tidak berwujud, kekal dan tidak dilahirkan sehingga mereka tidak mendekati Kepribadian Tuhan Yang Mahaesa. Para filosof Mayavadi yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan tidak menerima kenyataan bahwa aspek yang paling utama dari Kebenaran Mutlak adalah Kepribadian Tuhan Yang Mahaesa. Kalau seseorang ingin mengerti tentang matahari dengan sebenarnya, pertama-tama ia harus menghadap kepada matahari, kemudian sesudah ia masuk ke dalam bola matahari, ia harus bertemu muka dengan dewa yang berkuasa di matahari. Oleh karena para filosof Mayavadi kurang berpengetahuan, mereka tidak dapat melampaui cahaya Brahman, yang diumpamakan sebagai sinar matahari. Dalam Upanishad-upanishad dibenarkan bahwa seseorang harus menembus cahaya Brahman yang menyilaukan sebelum ia dapat melihat wajah Kepribadian Tuhan Yang Mahaesa yang sebenarnya.

Karena itu, Sri Caitanya mengajarkan persembahyangan kepada Sri Krishna secara langsung. Sri Krishna muncul sebagai anak angkat Raja Vraja. Sri Caitanya juga menyarankan bahwa tempat bernama Vrindavan sama dengan Sri Krishna Sendiri karena tidak ada perbedaan antara nama, sifat, bentuk, kegiatan, rekan-rekan serta perlengkapan Sri Krishna dan Sri Krishna Sendiri. Demikianlah sifat mutlak yang dimiliki oleh Kebenaran Mutlak.

Sri Caitanya menyarankan bahwa cara sembahyang tertinggi pada tingkat kesempurnaan tertinggi ialah cara yang dipraktekkan oleh para wanita di Vraja. Wanita-wanita tersebut, (para gopi atau gadis-gadis gembala sapi) hanya mencintai Krishna tanpa motif untuk keuntungan, baik material maupun rohani. Sri Caitanya juga menganjurkan Srimad-Bhagavatam sebagai penjelasan murni tentang pengetahuan rohani, dan Beliau menunjukkan bahwa tujuan tertinggi dalam kehidupan manusia ialah pengembangan cinta bhakti yang murni kepada Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Mahaesa.

Ajaran Sri Caitanya sama dengan ajaran yang diberikan oleh Sri Kapila, pengemuka pertama sankhya-yoga, yaitu sistem filsafat bernama sankhya. Sistem sankhya-yoga yang dibenarkan menganjurkan semadi pada bentuk rohani Tuhan. Tidak mungkin kita bersemadi pada kekosongan ataupun pada sesuatu yang tidak mempunyai sifat pribadi. Seseorang dapat bersemadi pada bentuk rohani Sri Vishnu walaupun ia belum mempraktekkan sikap-sikap duduk yang rumit. Semadi pada bentuk Vishnu adalah samadhi yang sempurna. Samadhi yang sempurna tersebut di benarkan pada akhir bab ke enam dari Bhagavad-gita. Pada akhir bab ke enam Sri Krishna bersabda: "Di antara semua orang yogi, orang yang selalu tinggal bersama diriKu dengan keyakinan yang mantap, berpikir tentang Ku di dalam hatinya dan mengabdikan diri kepadaKu dalam cinta bhakti rohani, dia bersatu dengan DiriKu dalam yoga dengan cara yang paling dekat dan dialah yang paling tinggi dari semuanya." (Bg 6.47)

Sri Caitanya Mahaprabhu mengajarkan filsafat sankhya yang disebut acintya-bhedabheda-tattva. Menurut filsafat tersebut, Tuhan Yang Mahaesa sama dengan ciptaanNya dan lain daripada ciptaan itu pada waktu yang sama. Sri Caitanya Mahaprabhu mengajarkan filsafat tersebut melalui cara memuji nama suci Tuhan. Sri Caitanya mengajarkan bahwa nama suci Tuhan merupakan penjelmaan. Tuhan dalam bentuk suara. Oleh karena Tuhan Yang Mahaesa adalah kesuluruhan yang mutlak, tidak ada perbedaan antara nama suci Tuhan dan bentuk rohani Tuhan. Dengan mengucapkan nama suci Tuhan seseorang dapat mengadakan hubungan secara langsung dengan Tuhan Yang Mahaesa melalui getaran suara. Selama seseorang mempraktekkan ucapan getaran suara tersebut, dia naik tingkat melalui tiga tahap perkembangan: yaitu tingkat ia masih melakukan kesalahan, tingkat kesalahan yang dilakukannya dihilangkan, lalu tingkat rohani. Pada tingkat seseorang masih melakukan kesalahan, barangkali ia menginginkan segala jenis kebahagiaan material, tetapi pada tingkat ke dua ia menjadi bebas dari segala pengaruh material. Apabila seseorang sudah berada pada tingkat rohani, ia mencapai kedudukan yang paling diinginkan orang—yaitu tingkat cinta bhakti kepada Tuhan Yang Mahaesa. Sri Caitanya mengajarkan bahwa inilah tingkat kesempurnaan tertinggi bagi manusia.
Praktek yoga pada hakekatnya dimaksudkan untuk mengendalikan indria-indria. Unsur pusat yang mengendalikan semua indria ialah pikiran. Karena itu, pertama-tama seseorang harus berlatih untuk mengendalikan pikiran dengan cara mempergunakan pikiran dalam Kesadaran Krishna. Kegiatan kasar pikiran diucapkan melalui indria-indria lahiriah, baik indria yang memperoleh pengetahuan maupun indria yang bekerja menurut keinginan. Kegiatan halus dalam pikiran ialah berpikir, merasakan dan menginginkan. Diri seseorang dicemari atau menjadi bening menurut kesadarannya. Kalau pikiran seseorang dipusatkan pada Krishna (nama, sifat, bentuk, kegiatan, rekan-rekan dan perlengkapan Krishna), maka segala kegiatannya menguntunkan baik kegiatannya yang halus maupun yang kasar. Proses dari Bhagavad-gita unutk menyucikan kesadaran ialah proses memusatkan pikiran pada Krishna dengan cara berbicara tentang kegiatan rohani Krishna, membersihkan tempat sembahyang Krishna, pergi ke tempat sembahyang Krishna, melihat bentuk rohani Krishna yang sudah dihiasi dengan baik, mendengar tentang kebesaran rohani Krishna, makan makanan yang sudah dipersembahkan kepada Krishna, mengadakan hubungan dengan para penyembah Krishna, mencium bunga dan daun Tulasi yang sudah dipersembahkan kepada Krishna, melakukan kegiatan demi kepentingan Krishna, dan lain sebagainya. Tidak ada orang yang dapat menghentikan pikiran dan indria-indria, tetapi kita dapat menyucikan kegiatan pikiran dan indria-indria dengan cara merubah kesadaran. Perubahan tersebut ditunjukkan dalam Bhagavad-gita. Sri Krishna memberi pelajaran kepada Arjuna mengenai pengetahuan yoga yang memungkinkan seseorang dapat bekerja tanpa membuahkan hasil. "O putra Pritha, apabila engkau bertindak dengan pengetahuan seperti itu, engkau dapat membebaskan diri dari ikatan pekerjaan." (Bg 2.39) Kadang-kadang kepuasan indria-indria seorang manusia dibatasi oleh keadaan tertentu, misalnya penyakit dan sebagainya, tetapi ini bukan rumus untuk mengendalikan pikiran dan indria-indria. Orang-orang cerdas yang belum mengetahui dengan sebenarnya tentang proses yang memungkinkan pikiran dan indria-indria dapat dikendalikan, berusaha untuk menghentikan pikiran dan indria-indria dengan paksaan, atau mereka menyerah kepada pikiran dan indria-indria lalu diri mereka hanyut dalam gelombang-gelombang kepuasan indria-indria.

Prinsip-prinsip yang mengatur dan aturan yoga, berbagai sikap duduk dan latihan tarik nafas dilakukan dalam usaha menarik indria-indria dari obyek-obyeknya adalah cara-cara yang dimaksudkan bagi mereka yang terlalu terikat dalam pengertian hidup yang bersifat jasmani. Orang cerdas yang mantap dalam Kesadaran Krishna tidak berusaha dengan paksaan untuk menghentikan kegiatan indria-indrianya. Melainkan, orang yang sadar akan Krishna mempergunakan indria-indrianya dalam bhakti kepada Krishna. Tidak ada orang yang dapat memaksakan seorang anak supaya dia berhenti main-main dengan cara membiarkan anak itu tanpa kegiatan. Kenakalan seorang anak dapat dihentikan dengan cara anak itu diberi kesibukan dalam kegiatan yang lebih baik. Membatasi kegiatan indria-indria dengan paksaan melalui delapan prinsip yoga dianjurkan bagi orang yang kurang maju. Orang yang lebih maju sibuk dalam kegiatan Kesadaran Krishna yang lebih baik. Karena itu, sewajarnya orang yang lebih maju mengundurkan diri dari kegiatan yang lebih rendah dalam kehidupan duniawi.

Sri Caitanya Mahaprabhu mengajarkan ilmu pengetahuan Kesadaran Krishna dengan cara seperti yang disebut di atas. Ilmu pengetahuan Kesadaran Krishna bersifat mutlak. Orang yang berangan-angan secara hambar berusaha untuk mengekangkan diri dari ikatan duniawi, tetapi pada umumnya ditemukan bahwa pikiran itu terlalu kuat sehingga tidak dapat dikendalikan sehingga pikiran menjebloskan mereka ke dalam kegiatan indria-indria. Orang yang sadar akan Krishna tidak mengambil resiko seperti ini. Seseorang harus menjadikan pikiran dan indria-indrianya tekun dalam kegiatan Kesadaran Krishna, dan Sri Caitanya mengajarkan bagaimana cara mencapai tujuan ini dalam praktek.

Sebelum Sri Caitanya menjadi sannyasi (tingkat meninggalkan kegiatan duniawi), Beliau bernama Vishvambhara. Kata Vishvambhara berarti kepribadian yang memelihara seluruh alam semesta dan memimpin semua makhluk hidup. Pemelihara dan pemimpin tersebut muncul sebagai Sri Krishna Caitanya untuk memberikan ajaran mulia tersebut kepada manusia. Sri Caitanya adalah guru yang ideal untuk mengajarkan kebutuhan utama dalam kehidupan. Sri Caitanya adalah kepribadian yang paling murah hati yang menganugerahi manusia dengan cinta bhakti kepada Krishna. Sri Caitanya adalah sumber lengkap segala karunia dan keuntungan yang baik. Sebagaimana dibenarkan dalam Srimad-Bhagavatam, Bhagavad-gita, Mahabharata dan Upanishad-upanishad, Sri Caitanya Mahaprabhu adalah Kepribadian Tuhan Yang Mahaesa, Krishna Sendiri, dan Beliau patut disembah oleh semua orang pada zaman kekalutan ini. Semua orang dapat ikut dalam perkumpulan sankirtana Sri Caitanya Mahaprabhu. Tidak ada syarat-syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Dengan mengikuti ajaran Sri Caitanya Mahaprabhu saja, siapa pun dapat menjadi manusia yang sempurna. Kalau seseorang cukup beruntung sehingga tertarik kepada ciri-ciri Sri Caitanya, pasti ia akan berhasil dalam misi kehidupannya. Dengan kata lain, orang yang tertarik untuk mencapai kehidupan rohani dapat dibebaskan dari maya dengan mudah sekali atas karunia Sri Caitanya. Ajaran yang dikemukakan dalam buku ini tidak lain daripada Sri Caitanya Mahaprabhu Sendiri.

Roh yang terikat diikat dalam badan jasmani, dan ia meningkatkan jumlah halaman dalam khasanah sejarah dengan segala jennis kegiatan duniawi. Ajaran Sri Caitanya dapat membantu masyarakat manusia untuk menghentikan kegiatan yang bersifat sementera dan tidak dibutuhkan. Dengan ajaran ini, manusia dapat naik tingkat sampai tingkat kegiatan rohani yang paling tinggi. Kegiatan rohani tersebut sebenarnya mulai sesudah pembebasan dari ikatan duniawi. Kegiatan bebas dari kebodohan dalam Kesadaran Krishna merupakan tujuan kesempurnaan manusia. Prestasi palsu yang diperoleh seseorang dengan cara berusah untuk berkuasa atas alam adalah khayalan. Pengetahuan yang membebaskan diri kita dari kegelapan dapat diperoleh dari ajaran Sri Caitanya, dan dengan pengetahuan seperti itu seseorang dapat maju dalam kehidupan rohani.

Semua orang harus menderita atau menikmati hasil kegiatannya; tiada seorang pun yang dapat merintangi hukum-hukum alam yang berkuasa atas hal-hal itu. Selama seseorang sibuk dalam kegiatan yang membuahkan hasil, pasti dia gagal dalam usaha mencapai tujuan hidup tertinggi. Besar harapan saya bahwa masyarakat manusia akan mengalami cahaya baru kehidupan rohani yang dapat membuka lapangan kegiatan bagi roh yang murni dengan cara mengerti ajaran Sri Caitanya.